Vegetarian, Han Kang -->

Advertisement

Vegetarian, Han Kang

Latif Fianto
Friday, October 1, 2021


Saya setuju bila disebut bahwa novel Vegetarian berisi kisah indah yang mencekam. Kekerasan dalam kepolosannya yang paling murni. Saya bukan termasuk pembaca yang kuat, tapi ketika mengetahui novel ini telah memenangkan Man Booker International Prize, saya mencoba memburunya.

Mula-mula, saya berpikir bahwa novel ini mungkin bercerita tentang vegetarianisme. Murni tentang itu. Tapi setelah saya jajaki dalam beberapa jam, ternyata novel ini menceritakan lebih banyak hal yang mencekam tapi mengasyikkan untuk diselesaikan. Kim Yeong Hye yang tiba-tiba berubah sikapnya dan menjadi vegetarian sehabis mengalami mimpi buruk hanya sebuah pembuka untuk kisah yang lebih panjang dan mencekam. Jahat, sadis, tapi tak bisa disebut demikian. Itu istilah yang cukup kasar untuk sebuah cerita kejam yang menakjubkan. Tapi, kekejaman pun tidak bisa mewakilinya. Masih terlalu kasar. Mencekam dan mengasyikkan, sebagaimana yang dikatakan Eka Kurniawan untuk novel ini, adalah istilah yang tepat, dan saya mengamini itu.

Sebagai seorang pembaca sastra yang baru mau menaiki tangga pertama, itu pun kalau bisa disebut demikian, saya cukup terperangah dengan pembukanya: bagaimana bisa seseorang yang mengalami mimpi buruk bangun menjadi orang yang sama sekali berbeda.  Yeong Hye menjadi tak suka daging, semua yang berbau daging, bahkan ia juga mencium bau daging pada tubuh suaminya, dan karenanya ia tak akan makan daging selamanya.

Hubungan dengan suaminya menjadi berantakan. Ia tak lagi berkeinginan untuk berhubungan badan. Kemudian ia menjadi kurus dan semakin kurus.

Mula-mula ia melihat darah dari jarinya yang tergores pisau dapur yang lepas dari gagangnya. Ia memasukkannya ke mulut.  Warna merah darah dengan rasa agak manis berhasil menenangkannya. Semuanya berawal dari ketika ia melihat kubangan darah dan sebuah wajah terpantul di sana untuk kali pertama.

Lalu, ia bermimpi tentang seseorang yang membunuh seseorang dan seseorang yang lain menyembunyikannya dengan sempurna. Tapi, ia melupakannya saat terbangun. Entah aku yang membunuh atau dibunuh. Seandainya aku yang membunuh, siapa yang kubunuh dengan tanganku? Apakah kamu? Aku yakin orang itu sangat dekat denganku. Atau apakah kamu yang membunuhku? Lalu siapa yang menyembunyikannya?

Ia menggorok leher seseorang di dalam mimpinya. Saat ia terus menggorok, ia pegangi kepalanya karenanya lehernya tidak kunjung putus. Ia mungkin mencongkel bola matanya, karena kemudian bola mata licin orang yang ia gorok lehernya berada di telapak tangannya. Dan kemudian, ia tak bisa tidur. Setiap ia tidur lebih dari lima menit, mimpi itu akan datang lagi.

Ia mengalami mimpi buruk yang mengganggu kejiawaannya, atau memang ia mengalami gangguan kejiwaan sehingga setelah berbagai kejadian lain yang mengerikan ia dibawa ke rumah sakit. Han Kang tidak hanya bercerita tentang sikap seseorang yang berubah setelah mengalami mimpi buruk, tapi tentang sesuatu yang lebih mencekam. Boleh jadi tentang bunuh-membunuh dan usaha untuk menyembunyikannya dengan sempurna.

Tetapi bukan hanya itu. Cerita mengalir melewati gang yang semakin sempit—tapi nyatanya cerita itu serupa semesta yang terbentang di kepala—dan penuh dengan tragedi-tragedi kecil, biasa, dan normal yang melukai nilai-nilai kemanusiaan.

Yeong Hye ditawari menjadi model karya video kakak iparnya, dan ia harus buka baju. Setelah mengalami serangkaian tragedi ia menjadi polos dan semacam kehilangan sesuatu yang nas dalam dirinya. Si kakak ipar menyuruh Yeong Hye untuk membuka baju, tengkurap, dan ia merekam gambar itu dengan utuh. Ia mengambil kuas dan mulai menggambar bunga dari leher Yeong Hye, di bokong, dan nyaris di seluruh tubuh wanita itu.

Proyek pembuatan karya video itu belum selesai. Si kakak ipar berpikir harus benar-benar ada penetrasi penyatuan lingga-yoni. Ia menggambar bunga-bunga pada tubuh Yeong Hye dan tubuhnya sendiri. Ia membuat gambaran penyatuan kejam dirinya dengan Yeong Hye yang  paling buruk sekaligus paling indah. Ia melakukan sesuatu “yang seperti itu” kepada seorang yang mentalnya belum sembuh, dan mereka, menurut istri si kakak ipar, harus dibawa ke rumah sakit dan diobati.

Han Kang menulis tentang sesuatu yang mengerikan dalam balutan cerita seksualitas. Tidak. Mungkin bisa juga disebut sebagai eksploitasi seksual. Jadi, pada kedalamannya yang paling cekam, bukan pada hal-hal yang sekadar tampak pada mata.  Ia menulis sesuatu yang mengerikan sekaligus asyik tentang manusia. Dan ia tidak menggurui sesuatu apa pun.

Di dalam ambulans yang melintas di seberang hutan lebat musim panas percakapan mereka, dua perempuan, terjadi. “Di dalam mimpi … itu seolah segalanya. Tapi, kamu tahu ternyata itu bukan segalanya setelah terbangun, kan? Karenanya, jika kita terbangun satu saat … saat itu …”

*Artikel ini telah diterbitkan di Indotribun.id dengan judul Kengerian yang Mengasyikkan dari Han Kang.